KOMPAS.com – Berita mengenai Amerika Serikat akan menutup Badan Pembangunan Internasional Amerika atau USAID, memuncaki daftar Populer Global saat ini.
Sedangkan di bawahnya, mengenal apa itu USAID yang akan ditutup oleh pemerintah Amerika Serikat (AS).
Berita lainnya yang banyak dibaca di kanal Global Kompas.com adalah terkait bom di Moskwa menewaskan pembelot Ukraina yang pro-Rusia, diduga itu adalah pembunuhan terencana.
Baca juga: Serangan Militer Israel, Jenin di Ambang Bencana
Selengkapnya, berikut rangkuman daftar Populer Global edisi Selasa (4/2/2025) hingga Rabu (5/2/2025) pagi yang dapat disimak:
1. AS Akan Tutup USAID, Ini Alasan Elon Musk
Elon Musk, taipan teknologi yang memimpin upaya Presiden Amerika Donald Trump untuk merampingkan pemerintah federal, mengungkapkan pada Senin (3/2/2025) pagi bahwa pihaknya sedang berupaya menutup Badan Pembangunan Internasional Amerika atau USAID.
Musk, yang juga menjabat sebagai CEO Tesla dan SpaceX, membahas isu Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) dalam percakapan di platform X miliknya pada Senin. Trump menunjuk Musk untuk memimpin panel pemangkasan biaya federal.
Percakapan tersebut, yang melibatkan mantan calon presiden dari Partai Republik Vivek Ramaswamy serta Senator Joni Ernst dan Mike Lee, dimulai saat Musk menyebutkan bahwa mereka tengah berupaya menutup USAID.
Artikel selengkapnya bisa dibaca di sini.
2. Mengenal Apa Itu USAID yang Akan Ditutup oleh Pemerintah AS
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana menutup Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) dan menyatukannya dengan Departemen Luar Negeri.
Langkah ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan puluhan miliar dollar AS bantuan ke beberapa negara termiskin di dunia.
AS merupakan donatur pembangunan resmi terbesar di dunia, menurut Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD). Sebagian besar bantuan tersebut disalurkan melalui USAID, badan pemerintah independen yang didirikan oleh Kongres pada 1961.
Artikel selengkapnya bisa dibaca di sini.
Baca juga: UNRWA Peringatkan Kamp Jenin Tepi Barat Menuju ke Arah Bencana
3. Bom di Moskwa Tewaskan Pembelot Ukraina Pro-Rusia, Diduga Pembunuhan Terencana
Seorang pemimpin paramiliter pro-Rusia yang bermarkas di Ukraina timur, Armen Sarkisyan tewas dalam sebuah ledakan bom di kompleks perumahan sekitar 12 km dari Kremlin Rusia.
Dikutip dari Al Jazeera, ledakan itu terjadi pada Senin (3/2/2025) pagi. Serangan itu jadi yang terbaru dalam serangkaian serangan terhadap tokoh-tokoh Rusia atau pro-Rusia.
Dijelaskan, ledakan itu diduga sebagai percobaan pembunuhan dan dilaporkan Armen Sarkisyan telah meninggal setelah dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.
Artikel selengkapnya bisa dibaca di sini.
4. Trump Minta Logam Tanah Jarang Ukraina sebagai Imbalan Bantuan Militer
Presiden AS, Donald Trump mengatakan, dia menginginkan sebuah kesepakatan dengan Ukraina yang akan membuat Kyiv menyuplai logam tanah jarang (rare earth) ke AS sebagai imbalan atau pertukaran atas bantuan militer dan ekonomi berkelanjutan ke Ukraina saat negara itu berjuang untuk menghentikan invasi Rusia.
“Kami sedang berusaha untuk membuat kesepakatan dengan Ukraina, di mana mereka akan mengamankan apa yang kami berikan kepada mereka dengan (imbalan) logam tanah jarang dan hal-hal lainnya,” kata Trump di Ruang Oval, Gedung Putih, Senin (3/2/2025). “Kami menginginkan jaminan.”
Financial Times melaporkan, proposal itu tampaknya sejalan dengan strategi yang dikembangkan Ukraina untuk mempererat hubungan dengan pemerintahan Trump dengan memberikan akses bagi AS ke sejumlah mineral penting yang digunakan dalam industri teknologi tinggi.
Artikel selengkapnya bisa dibaca di sini.
Baca juga: Indonesia Bantah Mau Tampung Tahanan Palestina, Kemenlu: Belum Ada Komunikasi Resmi
5. PBB Laporkan Lonjakan Kasus Eksekusi Tentara Ukraina yang Ditawan Rusia
Misi Pemantau Hak Asasi Manusia PBB (UN Human Rights Monitoring Mission atau UN-HRM) mencatat “peningkatan mengkhawatirkan” dalam laporan tentang eksekusi terhadap tentara Ukraina yang ditangkap angkatan bersenjata Rusia selama perang dalam beberapa bulan terakhir.
Misi PBB itu, Senin (3/2/2025), mengatakan bahwa mereka telah menerima laporan mengenai 79 eksekusi dalam 24 insiden terpisah sejak akhir Agustus tahun lalu.
Hukum humaniter internasional melarang eksekusi tawanan perang dan korban luka. Eksekusi terhadap para tawanan dan korban luka dianggap sebagai kejahatan perang.
Artikel selengkapnya bisa dibaca di sini.