KOMPAS.com – Tagar #KaburAjaDulu belakangan digaungkan di media sosial, baik Instagram maupun X.
Warganet ramai-ramai mengajak “kabur” ke luar negeri, baik untuk mengenyam pendidikan maupun bekerja.
Melalui tagar #KaburAjaDulu, warganet di media sosial berbagi informasi seputar lowongan kerja, beasiswa, dan kesempatan untuk berkarier di luar negeri.
Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di balik tren #KaburAjaDulu?
Baca juga: Tren #KaburAjaDulu, Ketahui Hak Pekerja Migran Indonesia Sebelum Bekerja di Luar Negeri
Bagaimana tren #KaburAjaDulu bermula?
Tren #KaburAjaDulu digunakan sebagai bentuk keinginan WNI untuk meninggalkan Indonesia demi bekerja atau melanjutkan studi di luar negeri.
Tagar #KaburAjaDulu mulanya beredar masif di X dan banyak digunakan warganet dalam unggahannya.
Melalui tagar tersebut, warganet mengajak anak muda untuk mengambil kesempatan untuk belajar, bekerja, hingga sekadar tinggal di luar negeri.
Warganet juga mengaitan #KaburAjaDulu dengan sistem pendidikan di Tanah Air yang mahal, minimnya lapangan pekerjaan, dan upah pekerja yang cenderung rendah, bahkan untuk mereka yang merupakan lulusan dari perguruan tinggi.
Beberapa warganet menyebutkan, tren ini membuka kesempatan anak muda untuk “kabur” dari Indonesia.
Baca juga: Tren #KaburAjaDulu, Ini Negara dan Pekerjaan yang Paling Banyak Dipilih Diaspora Indonesia
Apa makna di balik tren #KaburAjaDulu?
Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Oki Rahadianto Sutopo menilai, tren #KaburAjaDulu merupakan bentuk refleksi atas kesenjangan global yang terjadi saat ini.
Menurutnya, anak muda mulai menyadari adanya kesenjangan global, terutama mengenai kualitas hidup di berbagai negara yang bisa diketahui berkat kemajuan teknologi.
“Tidak selalu kemudian hal tersebut merupakan ekspresi kekecewaan terhadap apa kebijakan,” kata Oki dikutip dari Kompas.com, Rabu (4/2/2025).
“Mungkin lebih sebagai bentuk kesadaran bahwa ada kesenjangan global dan sebenarnya mereka (anak muda) sedang mencoba mencari cara untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik,” imbuhnya.
Baca juga: Awal Mula Tren Tagar Kabur Aja Dulu Ramai Digunakan, Mengapa?
Kesenjangan global yang dimaksud meliputi perbedaan jaminan kesehatan, kualitas pendidikan, kesempatan lapangan kerja, serta kebebasan anak muda untuk berekspresi yang diberikan oleh suatu negara.
Dia menjelaskan, #KaburAjaDulu bukan semata-semata menjadi jalan pintas bagi anak muda untuk melarikan diri dari keadaan yang sedang dihadapi dan bukan pula mereka tidak nasionalis atau tidak cinta Tahah Air.
Kendati demikian, tren #KaburAjaDulu bisa menjadi kritik bagi pemerintah untuk menyediakan jaminan hidup yang lebih layak, sehingga tidak terjadi kesenjangan yang mencolok.
“Kondisi ini seharusnya juga menjadi kritik bagi pemerintah untuk melihat apa yang sudah mereka lakukan, misalnya penyusunan kebijakan yang berpihak ke anak muda,” kata Oki.
Baca juga: Warganet Serukan Tagar #KaburAjaDulu, Pengamat Ingatkan Ini jika Ingin Kabur ke Luar Negeri
Negara mana yang jadi tempat tujuan WNI untuk pindah?
Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) merilis data penempatan dan pelindungan pekerja migran Indonesia periode Januari-November 2024 pada 5 Desember lalu.
Mengacu laporan tersebut, totalnya ada 272.164 pekerja migran Indonesia (PMI) yang tercatat bekerja di luar negeri sepanjang 2024.
Tercatat, sebanyak 145.962 orang PMI bekerja di sektor informal dan didominasi pekerja migran perempuan sejumlah 187.127 orang.
Menurut BP2MI, berikut 10 negara yang paling banyak menjadi tujuan para pekerja migran Indonesia selama periode 2024:
- Hong Kong: 92.836 orang
- Taiwan: 79.031 orang
- Malaysia: 43.833 orang
- Jepang 11.758 orang
- Korea Selatan: 9.870 orang
- Singapura: 9.739 orang
- Arab Saudi: 7.183 orang
- Italia: 3.177 orang
- Brunei Darussalam: 2.852 orang
- Turkiye: 2.561 orang.
Baca juga: Fenomena Kabur Aja Dulu dan Eskalasi Ketidakpercayaan Sosial
Apa kata pemerintah soal tren #KaburAjaDulu?
Menteri Ketenagakerjaan (Menker) Yassierli mengaku tak masalah dengan munculnya tagar #KaburAjaDulu yang menyerukan WNI untuk bekerja dan tinggal di luar negeri.
Dia meyakini, tren itu muncul bukan karena para WNI ingin benar-benar kabur dari Indonesia, melainkan mengambil kesempatan untuk dapat bekerja di luar negeri.
“Jadi kalau memang ingin untuk meningkatkan skill dan ada peluang kerja di luar negeri, kemudian, kembali ke Indonesia bisa membangun negeri ya tidak masalah,” ujarnya dikutip dari Kompas.com, Senin (17/2/2025).
Meski demikian, Yassierli menyadari tren #KaburAJaDulu menjadi tantangan bagi pemerintah. Menurutnya, pemerintah memang perlu menciptakan lapangan pekerjaan yang baik untuk masyarakat.
Di sisi lain, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid mempertanyakan terkait sikap WNI yang memilih mengikuti fenomena #KaburAjaDulu ke luar negeri.
Baca juga: Sapaan Kritis ala Generasi Muda di Balik Tagar Kabur Saja Dulu
Dia menilai, jika orang-orang memilih kabur, persoalan tidak akan selesai begitu saja.
“Begini ya, kalau ada #KaburAjaDulu itu kan dia ini warga negara Indonesia apa tidak. Kalau kita ini patriotik sejati, kalau memang ada masalah kita selesaikan bersama,” ujar Nusron, di Istana, Jakarta, Senin (17/2/2025).
“Kok jangan #KaburAjaDulu, apa yang mau kita selesaikan kalau kabur itu. Itu menandakan sikap permisif, tidak mau menyelesaikan masalah bangsa ini secara bersama-sama,” tambahnya.
Menurut Nusron, pihak yang memilih kabur ke luar negeri, bisa jadi memiliki masalah kecintaan terhadap Tanah Air.
Dia mengajak agar semua pihak yang mau kabur ke luar negeri untuk menyelesaikan masalah secara bersama.
“Memang pemerintah selama ini menutup mata, kemudian menutup telinga untuk kritikan masyarakat? Kan tidak. Kita ini pemerintah terbuka terhadap masukan, kalau memang benar, ya benar. Kalau memang salah, ya salah,” ujar Nusron.
“Kalau kemudian hopeless gitu seakan-akan kabur saja dulu, itu menandakan, ya mohon maaf, kurang cinta terhadap Tanah Air,” imbuh dia.
(Kompas.com/Alinda Hardiantoro, Adhyasta Dirgantara, Erwina Rachmi Puspapertiwi | Editor: Inten Esti Pratiwi, Ardito Ramadhan)